[Book Review] Goodbye, Things: The New Japanese Minimalism

Processed with VSCO with s1 preset

Setelah teracuni dengan konsep capsule wardrobenya Caroline Joy (Un-fancy)  dan KonMarie method nya Marie Kondo , sekarang saya tertarik dengan akarnya dua konsep itu, yaitu Minimalism. Sering denger nggak sih  akhir-akhir ini makin banyak orang yang memilih untuk hidup se minimalis mungkin (or often called as a minimalist).

Goodbye,Things: The New Japanese Minimalism. Saya tahu buku ini pertama kali dari percakapan orang di Instagram. Siapa orangnya malah saya lupa hehe. Karena judulnya menarik dan saya lagi penasaran sama konsep minimalism ini jadi baca deh. Langsung cari di google playbook, dan kebetulan lagi diskon waktu itu jadi cuma Rp.150.000 sekian. Kalau cari di toko buku sini sih udah pasti minimal 20 dollar an hehe.

_k18DAAAQBAJ

Buku ini banyak direkomendasikan untuk orang-orang yang pingin tau apa itu gaya hidup Minimalism. Well written by another Japanese author, Fumio Sasaki, cowok Jepang 35 tahun yang berprofesi sebagai editor di publishing company. Tinggal di sebuah apartemen kecil dengan furniture yang sangat minimalis, termasuk isi lemari bajunya juga sangat minimalis.

2285
source: theguardian.com

 

“Tyler Durden said it best in the film Fight Club: “The Things you own end up owning you”

Kalimat diatas saya quote dari salah satu chapter awal di buku ini, chapter yang menceritakan kenapa si penulis pada akhirnya memutuskan untuk jadi seorang minimalist. Ada saat di hidupnya dia merasa terus kekurangan dan tidak happy. Hingga akhirnya rumahnya dipenuhin oleh barang-barang yang sbenernya nggak terlalu dibutuhin dan endingnya nggak kepake.

“If you are anything like I was, dissatisfied with your life, insecure, unhappy –try reducing your belongings, You’ll start to change”

Jadi sebenernya minimalism itu apa? Menurut Fumio Sasaki, “Minimalism is a method for individuals to find the things that are genuinely important to them, Minimalists are people who know what’s truly necessary for them versus what they may want for the sake of appearance…”

Dalam bukunya, Fumio Sasaki juga membagikan tips untuk membantu kita saying goodbye to things. Ada 55 tips dan banyak diantaranya yang “jleb” banget kayaknya buat kita para hoarders 😀

2280
source: theguardian.com

 

Overall, untuk buku non-fiction, buku ini ringan banget kok. Bacanya nggak bikin mikir. Banyak hal-hal baru, dan quote-quote yang ciamik. Mungkin karena penulis juga cerita apa yang dialamin sendiri ya, jadi sangat applicable di kehidupan sehari-hari.

Oh dan satu lagi, setelah baca buku ini, saya semakin yakin banget penulis sangat nge-fans dengan Steve Jobs dan agak Apple product-minded. Jadi ada part dimana penulis bilang “you aren’t likely to be five times happier when you get a $500 ring as opposed to one that costs $100”, karena toh sama-sama cincin. Eh tapi di beberapa part lain dia menyebutkan Apple product adalah salah satu yang menganut minimalism karena hanya ada 1 button dan minimum wires dan sebagainya. Padahal menurut saya pribadi, Apple itu menang mahal aja. Kalau untuk fungsi sih ada yang lain sama tapi nggak se-mahal Apple hehe.

Tapi itu personal opinion saya aja sih, tetap tidak mengurangi pandangan saya akan buku ini dan apa maksud penulis yaa.

Selain buku ini, saya juga baru nonton film dokumenter di Netflix yang judulnya Minimalism. Next post akan saya bahas tentang film itu yaa.

sign

11 thoughts on “[Book Review] Goodbye, Things: The New Japanese Minimalism

    1. Kalo suka sama bukunya Marie Kondo, suka juga pasti sama ini mbak hehe. Harusnya di toko buku udah ada sih, karena biasanya ebook suka telat keluarnya. Selamat membaca 🙂

      Like

  1. Saya tertarik menjadi minimalis setelah mempelajari tehnik beberesnya marie kondo. Saya jadi sadar kl saya seorang hoarder. Dan itu memang membuat saya kurang bahagia. BTW, yg buku fumio sasaki itu belum diterjemahkan ke bahasa indonesia ya?

    Like

    1. Kalo di toko buku saya kurang tau mbak. Kalo di google playbook emang cm ada versi inggrisnya aja sih.
      Waah sama saya juga. Stelah baca marie kondo langsung tersindir, besoknya beres-beres dan langsung dapet “sampah” dua setengah kantong 😁

      Like

      1. Tos dulu kita mbak. Kayaknya mbak marie kondo nih pahalanya banyak udah bikin kita ibu ibu jd sadar pentingnya menjaga kerapihan rumah. Meski tetep harus banyak berjuang apalagi emak emak yg punya anak balita kayak saya. Never stop beberes.

        Like

  2. ‘.. setelah baca buku ini, saya semakin yakin banget penulis sangat nge-fans dengan Steve Jobs dan agak Apple product-minded. ‘ Desain banget ya buku-nya.

    Berarti minimalis itu soal prioritas di sekitar kita ya. Thanks buat recommended-nya

    Ada juga dokumenter Netflix bagus, ‘Art of Design’ judulnya, wajib nonton tuh. Tapi baru tahu juga ada dokumenter judul ‘Minimalism’, penasaran sama review-nya nanti.

    Like

    1. Wah iya nih jadi diingetin belum jadi-jadi nulis tentang dokumenternya Minimalism haha. Art of Design bagus ya? Noted deh aku coba nonton itu. Thx juga buat rekomendasinya

      Like

    1. Hai, kalo saya kemarin beli di Google Play edisi e-book nya. Tapi harusnya di toko buku offline dan online juga sudah ada 🙂

      Like

  3. SAlam kenal mbak. Suamiku abis beli buku ini dan ga sabar nunggu giliranku baca. Udah mo 2 tahun ini aku berusaha untuk declutter tp barang masih banyak aja krn emg akunya yg blm mampu berpisah dgn these craps I dont need, lol. Never used it anymore, anyway. Semoga buku ini bs jd booster aku untuk beberes. Oiya tp untuk urusan minimalisir tas dan baju, menurutku sih, aku udah lumayan sukses. Tas pergi2 tinggal 1 dan baju tinggal 1/2 lemari.

    Like

Leave a comment